Meron , Adalah sebuah tradisi untuk memperingati Maulid nabi Muhammad S.A.W di daerah sukolilo- pati.
Disi kita akan mengupas tentang sejarah nama desa Sukolio dan asal mula tradisi meron di daerah sukolilo pati
Asal Nama Desa Sukolilo
Nama desa sukolilo berkaitan erat dengan kisah Ki Ageng giring dan Ki ageng pemanahan,Dahulu sekitar Tahun 1600-an di daerah Kadipaten pati ada sebuah daerah pegunungan dan lembah yang sangat subur di daerah utara dan pengunungan kapur di daerah selatan.
Pada suatu hari ki ageng pemanahan sedang mencari kakak seperguruannya bernama ki ageng Giring,Berhari-hari,minggu,bahkan sampai berbulan -bulan. Pada suatu waktu sampailah Ia di sebuah desa ,ia bertemu dengan seseorang dan ia pun bertanya tentang kakak seperguruannya ,Sebelum orang itu menjawab di ajaklah Ki-ageng pemanahan masuk kerumah sekedar minum teh sambil ber bincang-bincang dan orang tersebut memperkenal diri ber nama Ndoro Geni begitu juga dengan ki ageng pemanahan yang memperkenal diri sebagai adik seperguruan ki ageng Giring.
Setelah mendengarkan cerita ndoro geni kiageng pemanahan pun akhirnya ber pamitan untuk melanjutkan perjalanan ke timur untuk mencari keberadaan kakak seperguruannya,sesuai dengan petunjuk Ndoro geni akhirnya dia menemukan rumah kiageng Giring,tapi saat itu ki ageng giring tidak di rumah Ia hanya bertemu dengan nya ageng giring,
Dengan perasaan gembira nyai ageng giring pun langsung menyuguhkan minuman air kelapa agar Kiageng pemanahan cepet hilang lelahnya,Saat mengetahui hal tersebut Ki Ageng Giring marah kepada Nyai Ageng. Ternyara air kelapa yang diminum oleh Ki Ageng Pemanahan memiliki petuah, niscaya siapapun yang meminum air kelapa tersebut akan melahirkan raja-raja ditanah Jawa.Ki Ageng Giring meminta kepada Ki Ageng Pemanahan untuk menjadikan agar kelak merelakan anaknya (Ki Ageng Giring) menjadi raja pada keturunan ketiga. Mendengar permintaan tersebut Ki Ageng Pemanahan menolak dan melanjutkan negosiasi, hingga menghasilkan kesepakatan kelak pada keturunan ketujuh menjadi raja ditanah Jawa.“Dhi, sampai sini saja saya dapat mengantarkan adhi,” kata Ki Ageng Giring saat mengantarkan Ki Ageng Pemanahan sampai Tulang Tumenggung (lokasi penyebrangan aliran sungai Sumber Lawang yang memiliki dua muara).
“Ya, Kang, Trimakasih atas keluhuran budi kakang terhadap saya.. lelakon sing wis daktindakake wingi-wingi, mengepokan karo degan sing tak ombe banyune aku yo ora ngerti sak sukolilamu aku njaluk pengapuro” Ki Ageng Pemanahan berpesan.
“ Yo, dhi, podho-podho pengapurane”.
Talang Tumenggung merupakan saksi ucapan Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan, hingga menjadi nama “Sukolilo”.
Asal Mula Meron Sukolilo
Sejarah Tradisi Meron berawal dari Desa Sukolilo yang merupakan Kademangan dibawah kekuasaan Kadipaten Pati Pesantenan. Usai perang Kesultanan Mataram menumpas perlawanan Adipati Pati, sekitar tahun 1600 sisa-sisa prajurit Mataram yang bertugas di Kademangan Sukolilo tidak pulang ke Mataram namun mesanggrah (beristirahat) di Kademangan Sukolilo.
Para prajurit ingat setiap tanggal 12 Maulud di Mataram menyelenggarakan upacara Sekaten menyambut Maulid Nabi S.A.W. Para prajurit ijin untuk tidak pulang dengan alasan berjaga-jaga agar tidak terjadi pembangkangan, dan juga menyampaikan permohonan untuk menyelenggarakan upacara Sekatenan di Sukolilo.
Berkat ijin tersebut Kademangan Sukolilo diperkenankan mengadakan upacara serupa (Sekaten) setiap tahunnya di Sukolilo. Namun tidak lagi menggunakan nama Sekaten tetapi menjadi Meron. Tradisi ini setiap tahunnya dilestarikan oleh masyarakat Sukolilo hingga sekarang.
Demikian lah sekelumit kisah sejarah nama desa sukolilo dan asal mula Meron di Desa sukolilo yang di peringati tepat pada saat Maulid nabi Muhammad S.A .W
Disi kita akan mengupas tentang sejarah nama desa Sukolio dan asal mula tradisi meron di daerah sukolilo pati
Asal Nama Desa Sukolilo
Nama desa sukolilo berkaitan erat dengan kisah Ki Ageng giring dan Ki ageng pemanahan,Dahulu sekitar Tahun 1600-an di daerah Kadipaten pati ada sebuah daerah pegunungan dan lembah yang sangat subur di daerah utara dan pengunungan kapur di daerah selatan.
Pada suatu hari ki ageng pemanahan sedang mencari kakak seperguruannya bernama ki ageng Giring,Berhari-hari,minggu,bahkan sampai berbulan -bulan. Pada suatu waktu sampailah Ia di sebuah desa ,ia bertemu dengan seseorang dan ia pun bertanya tentang kakak seperguruannya ,Sebelum orang itu menjawab di ajaklah Ki-ageng pemanahan masuk kerumah sekedar minum teh sambil ber bincang-bincang dan orang tersebut memperkenal diri ber nama Ndoro Geni begitu juga dengan ki ageng pemanahan yang memperkenal diri sebagai adik seperguruan ki ageng Giring.
Setelah mendengarkan cerita ndoro geni kiageng pemanahan pun akhirnya ber pamitan untuk melanjutkan perjalanan ke timur untuk mencari keberadaan kakak seperguruannya,sesuai dengan petunjuk Ndoro geni akhirnya dia menemukan rumah kiageng Giring,tapi saat itu ki ageng giring tidak di rumah Ia hanya bertemu dengan nya ageng giring,
Dengan perasaan gembira nyai ageng giring pun langsung menyuguhkan minuman air kelapa agar Kiageng pemanahan cepet hilang lelahnya,Saat mengetahui hal tersebut Ki Ageng Giring marah kepada Nyai Ageng. Ternyara air kelapa yang diminum oleh Ki Ageng Pemanahan memiliki petuah, niscaya siapapun yang meminum air kelapa tersebut akan melahirkan raja-raja ditanah Jawa.Ki Ageng Giring meminta kepada Ki Ageng Pemanahan untuk menjadikan agar kelak merelakan anaknya (Ki Ageng Giring) menjadi raja pada keturunan ketiga. Mendengar permintaan tersebut Ki Ageng Pemanahan menolak dan melanjutkan negosiasi, hingga menghasilkan kesepakatan kelak pada keturunan ketujuh menjadi raja ditanah Jawa.“Dhi, sampai sini saja saya dapat mengantarkan adhi,” kata Ki Ageng Giring saat mengantarkan Ki Ageng Pemanahan sampai Tulang Tumenggung (lokasi penyebrangan aliran sungai Sumber Lawang yang memiliki dua muara).
“Ya, Kang, Trimakasih atas keluhuran budi kakang terhadap saya.. lelakon sing wis daktindakake wingi-wingi, mengepokan karo degan sing tak ombe banyune aku yo ora ngerti sak sukolilamu aku njaluk pengapuro” Ki Ageng Pemanahan berpesan.
“ Yo, dhi, podho-podho pengapurane”.
Talang Tumenggung merupakan saksi ucapan Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan, hingga menjadi nama “Sukolilo”.
Asal Mula Meron Sukolilo
Sejarah Tradisi Meron berawal dari Desa Sukolilo yang merupakan Kademangan dibawah kekuasaan Kadipaten Pati Pesantenan. Usai perang Kesultanan Mataram menumpas perlawanan Adipati Pati, sekitar tahun 1600 sisa-sisa prajurit Mataram yang bertugas di Kademangan Sukolilo tidak pulang ke Mataram namun mesanggrah (beristirahat) di Kademangan Sukolilo.
Para prajurit ingat setiap tanggal 12 Maulud di Mataram menyelenggarakan upacara Sekaten menyambut Maulid Nabi S.A.W. Para prajurit ijin untuk tidak pulang dengan alasan berjaga-jaga agar tidak terjadi pembangkangan, dan juga menyampaikan permohonan untuk menyelenggarakan upacara Sekatenan di Sukolilo.
Berkat ijin tersebut Kademangan Sukolilo diperkenankan mengadakan upacara serupa (Sekaten) setiap tahunnya di Sukolilo. Namun tidak lagi menggunakan nama Sekaten tetapi menjadi Meron. Tradisi ini setiap tahunnya dilestarikan oleh masyarakat Sukolilo hingga sekarang.
Demikian lah sekelumit kisah sejarah nama desa sukolilo dan asal mula Meron di Desa sukolilo yang di peringati tepat pada saat Maulid nabi Muhammad S.A .W
Comments
Post a Comment